Oleh Memet Casmat *)
CIBINONG, 14/12/2025 - Di balik seragam cokelat dan ketegasan seorang anggota Korps Brimob, tersimpan kisah perjuangan seorang pemuda yang tak pernah berhenti bermimpi. Enriko Septi Adrianto, mahasiswa semester 1 Program Studi Ilmu Hukum, FHISIP Universitas Terbuka, adalah potret nyata generasi muda yang memilih untuk terus bertumbuh, meski hidupnya telah diikat oleh tanggung jawab besar kepada negara.
Di usianya yang baru 23 tahun, Enriko telah mengemban amanah sebagai Brigadir Polisi Dua di Korps Brimob Resimen 1 Kedunghalang, Bogor. Tugas yang penuh risiko, disiplin tinggi, dan waktu yang tidak selalu ramah, tidak membuatnya menyerah pada impian untuk menempuh pendidikan tinggi.
Justru dari situlah tekadnya semakin menguat: bahwa pengabdian dan pendidikan bisa berjalan beriringan.
Sebagai putra daerah Boyolali, Jawa Tengah, Enriko memahami bahwa pendidikan adalah jalan panjang untuk memperluas cara pandang dan memperkuat nilai pengabdian. Pilihannya jatuh pada Universitas Terbuka, bukan tanpa alasan.
UT memberinya ruang untuk tetap belajar tanpa harus meninggalkan kewajiban utama. Sistem pembelajaran yang fleksibel, tidak ribet, dan memungkinkan kuliah sambil bekerja menjadi jawaban atas kebutuhannya sebagai aparat negara yang harus selalu siap siaga.
Bagi Enriko, kuliah bukan sekadar mengejar gelar. Ilmu hukum yang ia pelajari adalah bekal moral dan intelektual untuk memperkuat perannya sebagai penegak hukum yang berintegritas, adil, dan berempati. Ia percaya, hukum tidak hanya ditegakkan dengan kekuatan, tetapi juga dengan pemahaman dan kebijaksanaan.
Di tengah padatnya jadwal dinas dan studi, Enriko memegang teguh motto hidupnya: Tetap berjuang, ada saatnya beristirahat, berolahraga, hiduplah seimbang.
Sebuah kalimat sederhana, namun sarat makna. Ia menyadari bahwa perjuangan tanpa keseimbangan hanya akan melelahkan jiwa. Karena itu, ia belajar menghargai tubuh, pikiran, dan waktu, menyelaraskan tugas, belajar, dan kehidupan pribadi.
Perjalanan Enriko Septi Adrianto adalah pengingat bagi kita semua bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti bermimpi. Di mana pun kita berada, apa pun peran yang kita jalani, selalu ada ruang untuk bertumbuh dan belajar.
Dengan niat yang kuat, pilihan yang tepat, dan keseimbangan hidup, mimpi akan menemukan jalannya.
Kisah Enriko bukan hanya tentang seorang polisi yang kuliah, tetapi tentang keteguhan hati untuk terus melangkah, tentang keberanian merawat mimpi di tengah tanggung jawab, dan tentang harapan bahwa masa depan dapat dibangun hari ini, dengan tekad, disiplin, dan semangat belajar yang tak pernah padam.
Hidup ini akan indah pada waktunya, tidak semua keindahan hadir saat kita menginginkannya. Ada yang datang setelah lelah panjang, setelah doa-doa yang nyaris putus asa, setelah air mata yang tak sempat diceritakan.
Waktu mengajarkan kita bahwa proses seberat apa pun, sedang membentuk hati agar lebih kuat, lebih sabar, dan lebih bijak. Seperti fajar yang tak pernah ingkar, keindahan itu pasti datang. Mungkin bukan hari ini, mungkin belum esok, tetapi pada waktu yang tepat, ketika kita sudah siap menerimanya dengan penuh syukur.
Enriko, pemuda tanguh, kuliah sambil mengabdi pada negara, tetap melangkah, tetap berharap, dan tetap percaya. Karena setiap usaha yang tulus, setiap doa yang diam-diam dipanjatkan, tidak pernah sia-sia. Semoga segera lulus menjadi Sarjana dari Universitas Terbuka. Semoga bermanfaat!
(Kisah ini disampaikan kepada Muhamad Komarudin, SE.Sy, MA, Manajer Pembelajaran dan Ujian pada UT Bogor)
Cibinong, 14/12/2025
*) Dosen di UT Bogor
#Menulis Caraku Mengikat Ilmu