Oleh Memet Casmat *)
BOGOR, 30/11/2025 ” Di bawah langit cerah kota Bogor pada Minggu pagi, 30 November 2025, ratusan anak muda melangkah memasuki Auditorium Al Izza, SMK Pembangunan Bogor. Ada yang datang berkelompok, ada yang berjalan sendiri sambil menggenggam buku catatan, tetapi semuanya memancarkan semangat yang sama: keinginan untuk belajar, berubah, dan menjadi lebih percaya diri.
Hari itu, UKM Jurnalistik dan Kehumasan Universitas Terbuka Bogor menggelar acara Jurnal Festival Fair (JFF) 2025, sebuah ruang inspirasi bagi mereka yang ingin memahami seni berbicara dan memimpin di era digital.
Acara ini dibuka dengan penuh hangat oleh Direktur UT Bogor, Drs. Enang Rusyana, M.Pd. Dalam sambutannya, beliau mengingatkan bahwa kemampuan berbicara bukanlah sekadar seni menyampaikan kata-kata. Aspek penting dalam public speaking adalah kemampuan menggabungkan komunikasi tradisional dengan pemanfaatan teknologi dan pemahaman audiens modern, ujarnya dengan penuh semangat.
Pesan itu mengalun lembut, namun kuat, seakan menjadi landasan bagi seluruh rangkaian acara yang berlangsung.
Di tengah pesatnya kemajuan digital, keberanian untuk berbicara tak lagi cukup. Yang dibutuhkan kini adalah kemampuan untuk memahami siapa audiens kita, bagaimana mereka berpikir dan bagaimana sebuah pesan bisa hidup dan menginspirasi ketika diucapkan dengan hati. Inilah yang coba digali dalam seminar bertema Public Speaking: Seni Memimpin di Era Digital".
Tiga narasumber dihadirkan, masing-masing membawa tema yang saling melengkapi.
Desna Aryana, sebagai pemateri pertama, mengajak peserta memahami public speaking dari sudut pandang era digital. Ia menekankan bahwa digitalisasi bukan ancaman; ia adalah panggung baru yang membuka kemungkinan tanpa batas. Peserta diajak memahami cara membangun kehadiran yang kuat, bukan hanya di atas panggung, tetapi juga di layar, dari Zoom hingga TikTok, dari podcast hingga webinar.
Setelah itu, Sarah Afifah, tampil dengan materi mengenai Personal Branding. Ia berbicara lembut, namun penuh ketegasan. Ia mengingatkan bahwa setiap orang memiliki cerita, dan cerita itu harus disampaikan dengan kejujuran dan konsistensi. Dunia digital bisa sangat cepat berubah, tetapi karakter dan nilai diri adalah jangkar yang membuat kita tetap kokoh, ucapnya sambil teuk tangan riang peserta.
Banyak peserta terlihat mencatat dengan serius, sebagian lainnya mengangguk perlahan, seolah menemukan jawaban atas kebingungan mereka selama ini.
Sesi penutup diisi oleh Vina Muliana, yang membahas Career Preparation. Dengan gaya komunikasinya yang tenang dan memikat, ia memberi gambaran kepada peserta tentang dunia kerja masa kini, yang menuntut keterampilan bukan hanya berbicara, tetapi juga memahami diri, membangun jaringan, dan menyiapkan mental untuk terus belajar. Ulasannya sederhana, tetapi menembus: masa depan bukan ditunggu, melainkan dipersiapkan.
Lebih dari 500 peserta, terdiri dari siswa SMA/SMK sederajat dan mahasiswa UT Bogor, hadir memenuhi auditorium. Mereka duduk rapih, fokus, dan antusias. Beberapa tampak menyeka mata, terbawa suasana ketika pembicara menyampaikan kisah-kisah perjuangan pribadi.
Suasana auditorium terasa hidup, bukan hanya karena materi yang disampaikan, tetapi karena semangat para peserta untuk menyerap setiap ilmu dan pengalaman yang disampaikan.
Di era serba cepat ini, tidak mudah bagi generasi muda untuk menemukan ruang yang benar-benar memberi makna. Tetapi hari itu, di sebuah auditorium sederhana, mereka menemukan sesuatu: motivasi untuk berani bersuara, keyakinan bahwa mereka bisa memimpin, dan harapan bahwa setiap langkah kecil yang mereka ambil hari ini dapat menjadi pijakan menuju masa depan yang lebih cerah".
Tak hanya seminar, acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan tiga performer berbakat: Saba Kelana, Elviani, dan Raden Septian. Suara mereka menggema memenuhi ruangan, menyanyikan lagu-lagu yang mengisi sudut hati para peserta. Ada senyum, ada tawa, ada tepuk tangan meriah, sebuah perpaduan yang membuat suasana menjadi begitu hangat dan penuh kebersamaan.
Lagu-lagu itu bukan hanya hiburan, tetapi jeda yang memberi waktu bagi peserta merenungkan ilmu yang baru saja mereka terima. Beberapa peserta bahkan terlihat menyeka air mata, merasakan kuatnya energi dari harmonisasi musik dan semangat pembelajaran yang terpancar di sepanjang acara.
Jurnal Festival Fair 2025 bukan sekadar seminar, ini adalah panggung yang mempersatukan mimpi-mimpi muda, tempat di mana kata-kata menjadi kekuatan, dan keberanian menjadi identitas. Melalui acara ini, UT Bogor membuktikan bahwa pendidikan bukan hanya tentang teori dan nilai, tetapi tentang membangun manusia yang mampu berdiri, berbicara, dan memimpin.
Di tengah perubahan zaman, generasi muda Indonesia membutuhkan ruang untuk menemukan suara mereka. Dan pada hari itu, 500 suara muda berkumpul, masing-masing membawa harapan baru, langkah baru, dan keberanian baru untuk menghadapi dunia yang semakin dinamis. Semoga bermanfaat.
Bogor, 01/12/2025
*) Dosen di UT Bogor
#Menulis Caraku Mengikat Ilmu